Dua hari yang lalu aku dan ke 3 temanku (Ali, Aufa, dan Firgin) mencoba menyusun rencana untuk mengisi akhir pekan. Akhirnya kami berempat sepakat untuk mendaki gunung ungaran, ya meski ini pendakian pertama kami dan belum tau route pendakiannya kami tetap bertekad pergi kesana, itung2 mengisi akhir pekan yang selalu galau gara2 karatan jadi jomblo ... #ekhem
Pagi hari sekitar pukul 7 aku sudah packing dan mempersiapkan segala tetekbengek yang perlu dibawa buat perbekalan pada saat mendaki, mulai dari tas carrier, karpet, mi goreng, air minum, roti, permen, kopi, kaos kaki, jaket tebal, trash bag, pakaian ganti, ponco dll nya. Naek gunung itu emang harus prepare, kalo nggak ya siap2 tersiksa dihutan.., karena kita tak akan pernah tau kondisi alam liar disana... entah itu kesasar lah, ujan, badai, binatang buas, atau yang lainnnya.., dan kita juga harus bisa survive jika sewaktu2 terjadi hal tak terduga (ngutip kata2 senior Mapeagi)
Rencananya aku dan Ali mau berangkat jam 10 pagi dan kumpul di rumah Aufa (Pedurungan) lalu nyamper si Firgin, tapi agak ngaret gara2 aku malah nyasar ke simpang lima dulu...hahah maklum, aku bukan anak semarang bawah, kehidupanku cuma tau kampus, kos dan Tembalang tok...jarang sekali main ke Semarang bawah kalau bukan mau ngehedon atau liat pameran komputer...
Tak perlu menunggu lama akhirnya kami berempat caw ke Gonoharjo, perjalanan dari Kota Semarang kesana membutuhkan waktu sekitar 1 jam, inilah tempat yang akan menjadi stopsite pertama kami sekaligus tempat penitipan motor, ternyata lumayan murah juga cuma bayar Rp. 5.000,-/malam. sebelum memulai pendakian, kami makan siang dulu di salah satu warung makan yang berjejer disana. Tempatnya memang sederhana tapi cukup rame, soalnya selain tempat penitipan motor buat para pendaki, tempat ini juga dipakai untuk camping ground dan wisata alam, Nglimut namanya.
Pendakian akhirnya akan segera kami mulai, sebelumnya pemanasan kecil dulu supaya otot tidak kram. sekitar 10 menit kami pemanasan akhirnya kami mulai melangkahkan kaki kami dengan mantap dan penuh kecerian, menginjakan kaki ditengah batuan agregat yang aspalnya sudah hancur, ditengah teriknya matahri tropis yang sangat gagah ketika jam 2 siang, dan beban berat yang menempel dipundak kami...prett lebay,,, padahal baru naek satu tanjakan saja kami sudah tepar, ngos ngosan, keringetan, muka merah, dan mengeluh "istirahat yo, cape" ... fakk waddahelll ...
Nampaknya kami cepat lelah karena sudah lama gak pernah olahraga lagi, otot2 betis kami tak terbiasa dengan kondisi kelelahan, terjadi timbunan asam laktat kalo kata guru Biologi mah. meski cape dan pegal akhirnya kami memaksakan diri untuk terus berjalan, dengan diselingi istirahat beberapa kali tiap ada tempat teduh...., sekitar satu jam kami berjalan kaki, akhirnya kami sampai di stop site ke dua kami, warung Pak Min, disini kami beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan panjang berikutnya.
Waktu sudah menunjukan pukul 3, waktunya kami melanjutkan perjalanan sebelum sang mentari kembali bersarang ke peraduannya dan bumi menjadi gulita. akan lebih susah buat kami para pendaki baru jika harus menyusuri hutan tanpa ada pendamping yang berpengalaman, ternyata apa yang dikatakan senior Mapeagi benar, alam tak pernah bisa ditebak. ketika mencari jejak kaki manusia yang biasa dilalui untuk mendaki, kami justru tersasar dihutan..., tanpa membawa kompas ataupun peta, perbekalanpun sedikit, dan cahaya matahari semakin layu... cukup panik, tapi untungnya kami tidak cepat putus asa dan mengambil jalan pulang, kami terus berjalan kedepan menggunakan insting kami, membuka jalan diantara semak2 belukar dan pohon2 yang tumbang...
Akhirnya kami berada pada suatu lembah diantar 2 bukit, galau pilih bukit mana untuk dinaiki. disisi lain puncak ungaran sama sekali tak tampak batang hidungnya. dengan sigap kapten ababil kami ( Ali ) langsung mengambil keputusan untuk menaiki bukit yang sebelah kanan kami, selain jalurnya yang relatif lebih mudah juga disana terdapat tanda2 bekas ada orang lewat. alhamdulillah.... sampai di puncak bukit kami menemukan kebun teh, dan kami menemukan jalan yang merupakan route pendakian... tiba2 terdengar suara "ngeeeeeeeenggggggggggg",,, suara motor !!! jadi ternyata kami berada begitu dekat dengan jalan raya ??? waddahellll ,,, kenapa si Ali gak bilang kalo stopsite terdekat ke puncak ungaran bisa dilalui dengan kendaraan, tau begitu kami tak perlu berjalan hingga nyasar sampe 4 jam .... fakkk....
Tak begitu jauh dari situ, kami menemukan sebuah desa kecil yang dikelilingi kebun teh, desa yang sejuk dan alami. tak ada listrik PLN disini, mereka menggunakan generator untuk penerangan. disini lah ternyata stopsite terdekat untuk sampai ke Puncak Ungaran, katanya cuma butuh waktu sekitar 3 jam perjalanan. disini kami bertemu dengan anak2 Mapeagi yang mau naek gunung juga, mereka teman2ku dikampus dan mereka gak tahu kalo kami mau naik gunung juga... hahahha
Karena hari sudah malam dan kami terlampau lelah, akhirnya perjalanan ke puncak ungaran akan kami lanjutkan pukul 3 pagi, rencananya bareng sama anak2 Mapeagi juga biar kami gak nyasar2 lagi... malam itu kami tidur ditenda yang sudah kami bawa, tenda yang kecil namun cukup nyaman. kami tertidur cukup lelap karena kelelahan dan terbangun pukul 2 pagi untuk persiapan naik ke puncak ungaran....
Sebelum naik seperti biasa kami pemanasan dan berdoa dulu untuk keselamatan pulang dan pergi, hal kecil yang kadang terlupakan tetapi berakibat besar. diperjalanan menuju ungaran kami berada dibelakang para mapeagi, sengaja memang supaya kami bisa bebas beristirahat semau kami,, kami tak sekuat mereka yang harus terus2an berjalan... ternyata ke puncak ungaran tracknya tak begitu sulit, meski banyak batuan dan debu serta semak2 yang terbakar kami bisa dengan mudah melaluinya. memang ungaran ini terkenal tak begitu sulit untuk ditaklukan, berbeda dengan gunung mahameru yang sangar itu.
Kurang lebih sekitar 3 jam kami berjalan menuju puncak, akhirnya puncak ungaran sudah berada didepan mata. pada awalnya kami ingin melihat sunrise dari puncak tertingginya, namun karena kabut yang cukup tebal kami tak bisa menikmati momen indah itu. puncak ungaran pun sudah berada dibawah kakiku, kini aku bertengger diatas puncak gunung setinggi 2.050 meter diatas permukaan laut. suatu kebanggan sendiri yang mana semua orang belum tentu bisa melakukannya, saat itu juga aku benar2 merasa jadi mahasiswa Geologi yang SEUTUHNYA ... sesampainya dipuncak kami langsung mengabadikan momen itu dan mengisi perut dengan memasak mie instan dan kopi yang sudah kami bawa, jam setengah 8 pagi kami kembali turun dan hendak pulang ke peraduannya masing2...
Next time, Gunung Merbabu ..... Insyaallah ...
Pendakian Gg. Ungaran (2.050 mdpl), Semarang