Selasa, 14 Agustus 2012

Nenekku Pahlawan....!!!


Nenekku Pahlawanku…,,  mendengar kata itu mengingatkanku akan lagunya band Wali yang cukup unik, berjudul “Neneku Pahlawanku”... dari situ juga aku jadi terinspirasi untuk menulis sepenggal kisah dalam hidupku, sepotong cerita tentang sosok pahlawan perempuan versiku sendiri, pahlawanku yaitu….. nenek… ya nenek…!!! nenekku mungkin tak secantik Dewi Sartika, tak sekaya R.A Kartini, atau tak seberani Cut Nyak Dien. Tapi buatku nenek itu lebih dari sekedar pahlawan, tapi juga malaikat penjagaku….

Orang mungkin berpikir bahwa seorang anak adalah titipan dari Allah SWT untuk kedua orang tuanya, tapi aku yakin sekali hal itu tidak berlaku untuk aku. Aku tidak dititipkan kepada ibuku, apalagi ayahku ! Tapi sosok seorang nenek lah yang telah tuhan pilih untuk menjadi malaikat penjagaku dalam menemukan jati diri, memasakan makanan untukku pagi siang dan sore, mengantarku ke sekolah ketika masih SD, membangunkanku dikala sahur, mencucikan pakaianku, memeluku disaat aku mau tidur, memotongi kukuku yang panjang, menggendongku ketika aku menangis, mengajaku pergi ke kebun dan ke sawah, memarahiku ketika aku gak mau mandi dan dialah orang yang diberi kesempatan untuk melihatku tumbuh dari yang tadinya anak ingusan menjadi pria gagah dan tampan. Sedangkan ibuku mungkin tuhan mentakdirkannya sebagai seorang ayah yang setiap harinya mencari nafkah untuk membiayaiku sekolah, makan, dan memberi jatah uang jajan. Lalu ayahku?? Ah, aku tak tahu jadi apa dia dalam kisahku… tak ada yang bisa aku ceritakan tentang dia, karena bahkan sosoknya tak pernah hadir dalam hidupku.

Nenekku seorang petani, bukan dari keluarga pahlawan apalagi bangsawan. Kini dia sudah sangat tua, kulitnya keriput dan tak lagi kencang seperti saat aku masih kecil dulu. Garis halus dikeningnya menggoreskan sejarah yang teramat panjang, setiap uban dikepalanya memiliki kisah tersendiri yang ia simpan rapih dalam kotak simponinya. Aku yakin, sosok cucu2nya lah yang paling banyak menuliskan kisah disitu… termasuk aku. Nenekku membesarkan 3 orang cucunya, yaitu 2 orang saudara sepupuku dan aku. Kini ditambah 1 orang lagi yaitu adekku. Ibu kami pergi merantau ke negeri seberang untuk mencari uang demi sesuap nasi dan kehidupan serta pendidikan yang layak bagi kami. Mungkin jika ibuku tak punya mental yang tinggi untuk merantau hingga melintasi samudera yang luas itu, aku tak akan pernah merasakan yang namanya bangku sekolah, apalagi bermimpi mempunyai gelar sarjana.

Dulu waktu aku masih kecil dan adeku belum lahir, akulah cucu kesayangannya. Bukan geer atau apa tapi ya itulah faktanya, setiap pagi aku selalu dikasih jajanan yang enak2, sedangkan kedua sepupuku gak dikasih sama sekali. Uang saku pun biasanya aku mendapat jatah lebih banyak, ya meski cuma dilebihin Rp. 100,- tapi lumayan buat beli gorengan waktu itu. Tiap pagi kami bertiga selalu dikasih uang saku Rp. 1000,- buat bertiga, ya sisanya ya itu yang dikasih buatku. Dulu uang segitu lumayan banyak, uang seratus juga bisa dapat peremen relaxa 4 buah atau sebungkus manisan kedongdong, apalagi jajanan di SD waktu itu murah2, jadi lumayan bikin perut kenyang lah. Nenekku juga lebih sering membelaku dalam hal apapun, mungkin karena aku cucu bungsu pada saat itu jadi aku lebih dimanjakan.

Entah bagaimana caranya dia bisa membesarkan cucu2nya hingga sekarang, mendidik kami, tanpa kenal lelah dan keluh. Aku yakin setiap keringat yang mengucur dari tubuhnya akan dibalas dengan berjuta kebaikan dari tuhan, setiap gerak langkahnya dalam membimbing kami akan menjadi saksi ketabahannya di suatu masa kelak, setiap derai do’a yang ia panjatkan akan menjadi pelepas dahaga bagi kami para cucunya yang lelah dan haus berjuang untuk masa depan yang lebih baik. Ya kamilah anak2 malang yang ditinggalkan oleh para ayah yang tak berotak, tapi tak apa !! kehidupan tak selamanya dibawah, roda pun jika terus digoes dengan penuh semangat, ikhtiar dan do’a pasti akan bergerak. Yang tadinya diatas menjadi dibawah, dan begitu pula sebaliknya yang tadinya dibawah menjadi diatas. Suatu saat para ayah itu akan menyesal karena telah menelantarkan anak2nya ketika melihat anak yang ia telantarkan tumbuh meraih kesuksesan dan hidup lebih daripada ‘layak’.

Nenekku kadang suka pelit, apalagi kalo diminta uang jajan disamping uang saku buat sekolah. Ngeselin memang, tapi ya mungkin dia banyak pertimbangan harus beli inilah, itulah, bayar listriklah, dan sebagainya. Kalo lagi nonton TV juga dia suka berisik, membuat orang disebelahnya tidak bisa menonton dengan khusyu. Hal yang paling nenek senangi adalah ketika dia dikasih duit, sama sodaranya atau siapa kek… Kadang suka salting malah. Kadang aku juga ingin memberinya uang, tapi uang dari mana aku juga belum bekerja, uang jajanku juga sedikit dan itupun yang ngasih nenek… masa aku balikin lagi ??? aku juga kasihan sama nenek karena gak pernah kelihatan make emas ditangan atau lehernya, bukan karena gak ada yang ngebeliin. Ibuku dulu sering ngebeliin, tapi ya karena banyak kebutuhan tak terduga akhirnya terjual dan terjual lagi. Tenang nek nanti kalo aku udah jadi Geologist aku beliin emas bermata intan buat nenek,,, J

Satu mimpi yang mungkin jadi impian seluruh umat muslim di dunia ini, yaitu mimpi naik haji atau paling tidak umroh. Memang, nenekku tak pernah bilang dia pengen naik haji, tapi dari sorotan matanya ketika mendengar orang lain mau berangkat haji, aku tahu dia sangat sedih dan ingin seperti mereka. Tergelitik hatiku untuk membelikannya tiket naik haji setelah aku punya uang nanti, kalo bisa ya sekalian bareng kakek dan ibuku juga. Semoga tuhan mengizinkan, dan semoga neneku senantiasa diberikan kesehatan dan umur yang panjang supaya dia bisa melihat para cucunya memetik kesuksesan dari bibit ikhtiar yang ia tanamkan dahulu…. aminn…

Kini aku hampir beranjak dewasa, sebentar lagi aku akan bekerja, berkeluarga, dan menjalani hidup sendiri. Aku sangat berterimakasih kepada nenek atas jasanya, dialah pahlawan sekaligus malaikat penjagaku. Mungkin aku tak bisa membalas semua budi baikmu nek, tapi aku yakin… tuhan maha melihat, dialah yang akan membalas semuanya. Disetiap do’a nenek aku selalu mendengar do’a untuk cucunya. Sungguh mulia hati si nenek ini, bahkan dia menganggap cucunya seperti buah hatinya sendiri. Dan akupun sama, aku menganggap nenek seperti ibuku sendiri.

Terima kasih nek,, you are My Heroic Guardian Angel !!!


0 komentar: